Gap Year: Jalan Menemukan Bakat Terpendam
Arti sebenarnya, Gap year merupakan
istilah yang menggambarkan sebuah kondisi seseorang memutuskan untuk mengambil
masa istirahat dalam melanjutkan studi. Masa istirahat yang dimaksud dilekatkan
dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi. Namun, gap year telah berkonotasi
menjadi sebuah kegagalan, lebih tepatnya ketidakmampuan bersaing secara
kompetensi hingga berakhir tersisih di Jalur undangan. Kemudian tenggelam dari
banyaknya pendaftar di jalur tes dan bertekuk lulut pada biaya kuliah yang mahal
di Jalur Mandiri.
Persis. Begitulah yang
dialami Disra Miranda. Perempuan, anak ketiga dari empat bersaudara yang
bermimpi bersekolah di Ibu Kota Provinsi dengan satu alasan. Semakin besar lingkungan,
semakin besar pula pengaruhnya kepada pola pikir bertumbuh. Karena itu, segala
upaya ia mobilisasi untuk mendaftar dari satu Kampus ke Kampus lain baik Negeri
maupun swasta. Namun belum mampu memapahnya naik tingkat dari “siswa” menjadi “Mahasiswa”.
Akhirnya, Gap Year, menjadi
pilihan yang tak bisa ditawar. Bahasa sosialnya “menganggur”. Namun, hari-hari tanpa aktivitas
membuatnya dipaksa oleh keadaan untuk mencari sebuah aktivitas. Banyaknya
nominasi Aktivitas, pilihannya jatuh pada mengasah ketertarikan dibidang seni
menggambar. Setahun penuh menggambar membuatnya sadar bahwa bakat bukan hadir dengan
sendirinya namun hadir karena keberulangan dan keberlanjutan. Sedikit karyanya,
hadir mewarni akun sosial media instagram pribadinya.
Sebagaimana kata pemikir stoik, “Jika nasi terlanjur jadi bubur, maka tambahkan
bawang goreng lalu nikmati.” Begitulah representasi bahwa bahwa hidup adalah
soal menanggapi masalah. layaknya, potongan Puzzle, ketidaklulusan punya
caranya sendiri menemukan potongan puzzle lainnya. Di tahun kedua lulus
sekolah, ia dinyatakan diterima di Sebuah kampus di bawah Kementrian Agama. Sebut saja, Institut Agama Islam Negeri Bone,
Fakultas Syariah dan Hukum Islam, Prodi Hukum Keluarga Islam.
Meskipun, kampus yang telah membuat
gelar S.H., mengekor pada namanya terletak di Kota Kabupaten, jauh dari harapan
dan rencananya jauh-jauh hari. Tapi, telah berhasil membuatnya menemukan potongan
puzzle itu, yakni lembaga kampus mengamanahkannnya sebagai penanggung jawab Kaligrafi.
Melalui amanah itu, ia tidak hanya mengembangkan bakat dibidang seni tapi
soal kepemimpinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar